Seorang anak didik datang kepada guru bimbingan konseling, untuk mengeluarkan seluruh unek-uneknya tentang ibunya yang dianggapnya Ibunya orang tua yang kuno, tidak berpendidikan, kerjanya hanya menyuruh dan selalu mengomel terhadapnya. Akibatnya dia sebagai anak merasa tersiksa.
Dengan tenang Guru Bimbingan Konseling tersebut mengambil beberapa lembar kertas dan ballpoint dan guru tersebut berkata kepada sang anak didik tersebut .” Tulislah semua keburukan ibumu! “ Kemudian sianak menulis keburukan-keburukan ibunya: “ Ibuku orangnya pemarah, kurang perhatian, pelit, pemikiran kolot, suka mendendan, dan sebagainya samapi penuh empat lembar kertas polio.
Setelah selesai sang anak menulis semua keburukan sang ibu, guru itupun memerntahkan kepada sang anak “ sekarang tulis dengan sejujurnya apa jasa dan pengorbanan ibumu kepada mu!”.
Murid itupun merenung, dan menulis pada kertas polio yang disediakan sang guru” Sewaktu aku diperut ibu, sembilan bulan aku menghisap darahnya. Saat itu ibu sulit berdiri dan berjalan, bahkan berbaribgpun sakit. Tiga bulan pertama kehamilan ibu, ia merasa mual dan muntah karna ada saya didalam perutnya. Ketika akan melahirkan saya, ibu merenggang nyawa antara hidup dan mati.
Meskipun bersimbah darah dan sakit tiada tara, ibu tetap rela dengan kehadiran saya. Setelah lahir satu per satu jari saya dihitung dan dibelainya. Di tengah rasa sakit , tiba-tiba beliau terlihat senyum dengan linangan air mata bahagia. Dan saat itu sang ibu menyangka anak saleh telah lahir dan akan memuliakannya”. Siang dan malam sang ibu membelai dang mengasuhnya dari tapak kaki selebar dua jari sampai sang saya bisa berjalan dan berlari, terjaga dari tidur malam pada saat saya meriang. Berbagi makanan dengannya dari asih yang ibu berikan.
Ketika sang anak didik terus menulis pengorbanan ibunya, tak terasa air matanya berlinang. Semakin sadar bahwa untaian pengorbanan ibunya sungguh tidak sebanding dengan kebaikan yang telah ia perbuat untuk memuliakan ibunya. Bahkan jika tubuhnya dikupas tidak akan dapat menandingi perih dan pahitnya penderitaan orang tuanya.
Selanjutnya guru membacakan sebuah hadis Rasulullah yang artinya :”Telah datang kepada Rasulullah seorang laki-laki lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak saya pergauli dengan baik?” Beliau menjawab “Ibumu.”Kemudian ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Belia menjawab. “Ibumu” Kemudian bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” Kemudian ia bertanya lagi “Kemudian siapa?” beliau menjawab “Ayahmu”.
Dari hadis diatas terlihat kedudukan sang ibu begitu tinggi dan mulia pantaslah sorga terletak ditelapak kaki ibu, menunjukkan kemuliaan seorang ibu. SELAMAT HARI IBU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar