Tampilkan postingan dengan label DULU DAN SEKARANG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DULU DAN SEKARANG. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 November 2015

TOPENG MONYET DULU DAN SEKARANG

Mejadikan mmonyet sebagai binatang untuk atriksi hiburan keliling kampung ternyata sudah ada sejak zaman kolonial Belanda hanya saja berbeda model atraksinya Atraksi Topeng monyet Tempeo doeloe Atraksi Topeng Monyet Sekarang

Rabu, 02 Oktober 2013

GEDUNG STANDARD CHARTERED BANK


                                                Gambar. Gedung Standard Cahrtered saat ini
 
Gedung Standard Chartered Bank yang terletak di Jalan Imam Bonjol disamping Hotel Danau Toba dulunya merupakan Rumah dari Residen Sumatera van Oostkust(Residen Sumatera Timur) yang dibangun Tahun 1888. Gedung ini dibangun setelah dipindahkannya pusat kekuasaan Residen Belanda di Sumatera Timur dari Bengkalis ke Kota Medan tanggal 1 April 1888.


 Gambar Gedung Standard Chartered pada saat digunakan sebagai rumah Residen Sumatera van Oostkust(Residen Sumatera Timur) 1888



Selasa, 19 Maret 2013

BALAI KOTA MEDAN

Gedung Balai Kota Medan masa kolonial


Gedung Balai kota Medan adalah satu dari puluhan gedung peninggalan kolonial Belanda yang berarsitektur Eropa dan masih tersisa hingga sekarang di tengah gedung-gedung bertingkat di kota Medan. Gedung ini dibangun pada tahun 1906 oleh arsitek bernama Hulswit. Gaya arsitektur Eropanya sungguh anggun dan menyisakan kenangan akan masa lampau. Gedung kebanggan kota Medan dan menjadi ikon kota Medan. Gedung ini memiliki nilai historis yang tak ternilai, telah melampaui berbagai zaman sejak kolonial Belanda sampai zaman revolusi.
Gedung ini telah menjadi saksi peristiwa-peristiwa yang terjadi di kota Medan, dari jaman kolonial Belanda, Jepang, hingga saat ini. Dulunya gedung balai kota ini sering dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda, sebagai gedung pertemuan para petinggi Belanda yang ada di Medan. Namun setelah pemerintahan Belanda lengser, gedung itu mulai tak terawat, bahkan pada masa penjajahan Jepang, bangunan tua itu sempat akan dihancurkan.
                                                 Hotel Aston dibelakang Gedung Balai Kota

Gedung yang bercat putih ini pernah mengalami perbaikan pada tahun 1923. Dulunya tempat ini sempat menjadi kantor walikota Medan dimulai pada tahun 1945 walikota Mr. Luat Siregar dan hanya hingga tahun 1990 adalah haji Agus Salim Rangkuty segera setelah gedung baru kantor walikota usai dibangun. Kini Gedung Balai Kota Medan merupakan salah satu objek wisata sejarah bagi orang-orang pecinta bangunan tua, pengunjung bebas masuk untuk menikmati keindahan gedung putih ini dibelakangnya berdiri bagunan hotel yang

Jumat, 25 Januari 2013

ANGKUTAN UMUM YANG TELAH HILANG DI KOTA MEDAN

Sebelum tahun 1883 sarana perhubungan di Tanah Deli masih sangat minim dan sederhana, Angkutan yang ada hanyalah kereta lembu dan sado, sehingga hubungan satu kota ke kota lainnya sangat sulit dilakukan dengan menggunakan jalan darat. Angkuta umumnya menggunakan jalan laut atau sungai dengan menggunakan sampan. Ini dapat dibuktikan kampung-kampung lama di kota Medan atau Tanah Deli hampir seluruhnya terletak dipesisir laut atau sungai.

Hubungan perdagangan dengan daerah pegunungan atau pedalaman dilakukan dengan menggunakan Kereta lembu atau kuda yang menyulitkan lagi tidak adanya jembatan sehingga untuk melintasi sungai kereta lembu atau sado di naikkan keatas rakit, atau pejalan kakai terpaksa berenang untuk menuju keseberang bila tidak ada rakit.

Keadaan ini terus berlangsung sampai kedatangan Belanda dan baru 1883 pemerintah kolonial Belanda membangun jalur kereta api. Sehingga mempercepat hubungan antar daerah.Inisiatif pertama untuk membangun jalur kereta api datang seorang Belanda Cremmer Manager Deli Mij. Kemudian Deli Mij memperoleh konsesi dari pemerintah Belanda untuk membuka jalur kereta api dari Medan-Belawan, Medan-Deli Tua, Medan-Timbang Langkat (Binjai). Dalam tahun 1883 itu juga yaitu bulan Juni konsesi ini dialihkan oleh Deli Mij kepada perusahaan Deli Spoorweg Mij (DSM), yang juga didirikan oleh Deli Mij. Tahun-tahun berikutnya kereta api di Tanah Deli makin berkembang.

Perkembangan angkutan di kota Medan terus berkebang dengan pesat menggantikan angkutan umum lama yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Namun kita perlu mengetahui angkutan
yang pernah ada di kota Medan tersebut diantaranya :
1. Kereta Lembu/Sado



Sado dan Kereta Lembu merupakan angkutan yang sangat berperan dalam sarana transportasi antar kota di Tanah Deli. Angkutan ini digunakan oleh Kolonial Belanda dalam mengangkut kuli kontra dari pelabuhan Belawan menuju daerah-daerah perkebunan di Sumatera Timur sebelum ada kereta api.Beberapa bekas kuli kontrak menceritakan bahwa mereka diangkut dengan kereta lembu dari Belawan ke Binjai, Asahan, Siantar dengan sais kereta lembu umumnya adalah orang-orang keling.berhari-hari baru mereka sampai ke daerah perkebunan untuk dipekerjakan sebagai kuli kontrak.Begitu juga hasil perkebunan diangkut dengan kereta lembu ke pelabuhan Belawan.


Angkutan ini bertahan di kota Medan sampai tahun 1950 an terutama sado, sedangkan kereta lembu sampai tahun 1970an masih digunakan dikota Medan khususnya didaerah pinggiran untuk menarik barang. Kemudian angkutan umum ini hilang dan hanya ditemukan di daerah wisata khusunya sado dan kereta lembu masih digunakan di daerah pedesaan./
   
2. Bemo
Bemo adalah singkatan dari "becak motor" dan merupakan kenderaan bermotor roda tiga yang biasanya digunakan sebagai angkutan umum di Indonesia. Bemo mulai dipergunakan di Indonesia pada awal tahun 1962 pertama-tama di Jakarta dalam kaitannya dengan Ganefo.
Mobil ini di buat oleh Daihatsu di Jepang yang diperuntukkan sebagai angkutan barang, namun di Indonesia digunakan sebagai angkutan penumpang untuk menggantikan becak. Setalah Daihatsu sudah tidak menproduksi kembali bemo maka para pemilik mengalami kesulitan dalam mendapatkan suku cadang. Suara yang bsing dan asap yang keluar dari kenalpot serta kemacetan yang di timbulkan oleh bemo maka akhirya bemo juga dihapuskan dikota Medan.
 
3. Toyoku

Penampilannya hampir mirip dengan Bajaj, polusi dan bisingnya pun bagai pinang dibelah dua. Itulah Toyoko, kendaraan roda tiga dari Jepang yang kedatangannya di tahun 1990 turut meramaikan jalanan kota Medan. Mesin Toyoko dibuat di Jepang, dengan ukuran 100 – 165 cc, tetapi kendaraan yang satu ini mengalami perakitan di Bandung. 

 
Angkutan ini akhirnya hilang dikota Medan karena kalah bersaing dengan angkutan umum Sudaco dan Becak bermotor.


4. Bus Umum

Bus umum juga turut meramiakan angkutan umum di kota Medan , seperti Bus Setia, Budi , Pelita dan DAMRI untuk jurusan Medan-Belawan PP. Bahkan pernah beroperasi di Medan Bus DAMRI bertingkat jurusan Medan – Binjai, namun akhirnya hilang karena sudah terlalu tua tidak ada peremajaan Bus-Bus tersebut hilang dari kota Medan . Bus- angkutan umum kalah bersaing dengan sudaco. Selain itu ada juga Bus merek Desa Maju dan Povri juga sudah tidak kelihatan di kota Medan



Selasa, 22 Januari 2013

MENGENANG KANTOR BUPATI DELI SERDANG

Sebelum Ibu kota Kabupaten Deli Serdang di pindahkan ke Lubuk Pakam, Kota Medan merupakan Ibukota Kabupaten Deli Serdang. Kantor Bupati Deli Serdang menempati Gedung Kerapatan yang berfungsi sebagai ruang kerja Sultan dan juga sebagai lembaga peradilan bagi orang-orang yang masa tidak tunduk kepada hkum kolonial Belanda. Gedung ini dibangun pada masa kekuasaan Sultan Ma'mun Al Rasyid Alamsyah pada tahun 1906. Gedung Balai Kerapatan terletak didepan Istana Maimun, tepatnya sekarang di Jalan Brigjen. Katamso, namun gedung ini sudah rata dengan tanah pada tahun 2004 oleh kebijakan Walikota Medan Abdillah.


Gbr. Kantor Bupati Deli Serdang Exs.Balai Kerapatan Sultan Deli

Pembangunan ini merupakan hasil dari investasi asing yang masuk ke Tanah Deli. Pembangunan Gedung Kerapatan ini menimbulkan kritikan pedas dari Surat Kabar Pertja Timor, yang membuat merah kuping Sultan sehingga mendatangi penulis Surat kabar Pertja Timor

Bangunan ini termasuk bangunan yang dilindungi oleh Peraturan daerah No. 6/1988 tentang pelestarian Bangunan dan lingkungan yang bernilai sejarah Arsitektur kepurbakalaan di Kota Medan.

Kamis, 17 Januari 2013

PASAR PETISAH

Semua orang pasti mengenalpasar petisah, khususnya penduduk kota Medan. Pasar ini banyak dikunjungi para pembeli dari berbagai daerah di Sumatera Utara, bahkan dari daerah luar Sumatera Utara untuk membeli oleh-oleh khas  kota Medan

Pasar ini awalnya terletak di Jalan WS.Parman simpang Majestik yang dikenal dengan Pajak Bundar yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Disebut pajak Bundar (pajak sebutan orang medan untuk pasar) pada tahun 1909.

Pada tahun 1974 pasar Bundar dipindahkan kelokasi sekarang, yang dulunya merupakan areal perkuburan etnis China. Areal perkuburan  etnis China dipindahkan ke Tanjung Morawa. 

Pasar ini dikenal kemudian dengan sebutan pasar petisah, karena terletak dikelurahan Petisah dan diresmikan oleh Walikota Medan Sukarni tahun 1975. Pasar ini direnovasi kembali tahun 2000 sehingga terlihat adanya perpaduan antara pasar tradisional dan moderen


MENARA PDAM TIRTANADI

                                                       Gbr. Menara PDAM Tirtanadi Tempo dulu

                                                    Gbr. Menara PDAM Tirtanadi Saat ini

Menara air milik PDAM Tirtanadi Medan yang terletak dijalan Sisingamangaraja IX Medan, merupakan salah satu icon kota Medan. Menara air ini didirikan tahun 1908 oleh perusahaan NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berpusat di Amsterdam, Belanda. Memiliki tinggi 42 meter dan berat 330 ton. Air bersih ini bersumber dari air pegunungan di dataran tinggi Karo dan dapat langsung diminum. Hanya saja air bersih ini hanya dapat dinikmati oleh penduduk kota medan dari gololongan menengah keatas, sedang golongan bahwa hanya memanfaatkan air sumur dan sungai untuk keperluan sehari-hari